Jan 12, 2012

Apa yang membuat Kulit Micheal Jackson putih??



Dudley Moore mengalaminya, Steve Martin boleh jadi juga, dan Michael Jackson pun mengatakan bahwa pengobatan bagi penyakit aneh ini telah memutihkan kulitnya. Penyakit itu disebut Virtiligo dan banyak misteri melingkupinya.
Virtiligo adalah gangguan di mana kulit mengalami kehilangan pigmen karena rusaknya sel-sel pigmen yang disebut melanosit. Wilayah-wilayah kulit menjadi putih. Hilangnya pigmen tidak terjadi di seluruh tubuh, hanya dalam petak-petak tertentu. Petak-petak yang tak lazim adalah sekitar bukaan-bukaan tubuh (misalnya mata), lipatan-lipatan tubuh (misalnya ketiak atau selangkangan), atau wilayah-wilayah yang terbuka (seperti wajah dan tangan).

Virtiligo dapat menyerang kedua jenis kelamin pada semnarang umur, tetapi lazimnya penyakit itu muncul sendiri sebelum usia dua puluh. Virtiligo juga cukup lazim. Boleh jadi 1-2 % penduduk pada umumnya mengalaminya sampai tahap tertentu, meski boleh jadi dikacaukan dengan masalah-masalah kulit lainnya.
Penyakit itu lebih lazim pada orang yang mengalami masalah tiroid dan penyakit-penyakit metabolisme tertentu lainnya. Penyakit itu uga lebih tampak pada orang yang berkulit lebih gelap. Namun, kebanyakan orangn yang mengalami virtiligo dalam segi-segi kesehatan lainnya baik dan tidak mengalami simtom-simtom selain wilayah bercak tempat pigmennya hilang.

Virtiligo tidak menular, dan penyakit itu tidak kaitannya apa pun dengan lepra. Gambaran lama virtiligo sebagai "lepra putih" tidak memiliki dasar dalam fakta ilmiah.
Sekali petak-petak virtiligo itu akan bertamabh jumlah atau ukurannya. Dalam banyak halm hilangnya pigmen pertama kali akan terjadi tetapi sesudah itu stabil. Dalam kasus-kasus lain, hilangnya pigmen itu dapat berfluktuasi. Faktor-faktor kejiwaan boleh jadi berperan dalam fluktuasi semacam itu karena banyak pasien melaporkan bahwa mereka mengalami periode pertama kehilangan pigmen atau periode-periode berikutnya setelah stres fisik atau emosional.
Sebuah teori yang diberi pertimbangan serius adalah stres entah bagaimana memicu proses hilangnya pigmen dalam sel manusia di antara mereka yang telah memiliki bakat itu secara genetik.
Menariknya, kadang-kadang pigmen di petak-petak yang hilang pigmennya itu secara misterius tubuh lagi. Mengapa itu terjadi, tetapla misteri.

Para peneliti kedokteran tidak yakin apa yang menyebabkan virtiligo. Orang-orang tertentu mengatakan bahwa tubuh itu dapat mengembangkan alergi terhadap sel-sel pigmennya sendiri. Orang laom mengatakan bahwa sel-sel itu secara aneh merusak diri mereka sendiri selama proses produksi pigmen.

Rasa takut yang umum di antara para penderita virtiligo ialah penyakit itu berkaitan dengan kanker kulit bahwa ini merupakan isyarat awal. Tetapi, tidak ada hubungan kausal antara petak-petak yang kehilangan pigmen dengan kondisi kanker atau prakanker.
Tetapi kadang-kadang para penderita kanker kulit mengalami virtiligo setelah simtom-simtom kanker kulit mereka itu muncul. Alasan-alasan  bagi hal ini tidaklah jelas. Dan lebih aneh lagi, pada banyak pasien kanker kulit yang terkena virtiligo, virtiligonya tampak benar-benar mengehentikan penyebaran kanker. Mengapa ini terjadi juga membingungkan.

Virtiligo dapat menyerang siapa pun. Pada sekitar lebih dari separo semua kasus yang ditemukan ada riwayat keluarga dalam hal penyakit ini. Sering pula, ada riwayat keluarga dalam hal memutihnya rambut pada usia muda.
Secara statistik, memutihnya rambut sejak usia dini tampaknya meramalkan virtiligo dan sebaliknya. Terkadang penderita virtiligo tidak akan menyadari bahwa ada riwayat penyakit itu dalam keluarga. Sebaliknya, mereka berpikir bahwa hanya ada riwayat keluarga tentang pengubanan dini.

Kabar baiknya, virtiligo dapat di obati. Pada kasus-kasus yang ringan, tata rias akan menutupi bercak-bercak itu tanpa pengobatan apa pun. Pada kasus-kasus sedang terdapat tanggapan terhadap sinar ultraviolet, steroid, dan terutama kepada obat-obatan seperti psoralen- sebagai satu-satunya obat atau dikombinasi dengan yang lain.
Tetapi seperti itu bertujuan untuk tumbuh lagi warna petak-petak putih itu menjadi gelap. Pewarnaan ulang itu tampaknya paling manjur bila hanya ada sedikit petak putih kecil.

Konon, dalam kasus Jackson, pigmentasi ulang itu gagal. Bila gagal pada kasus-kasus virtiligo yang paling parah, kemudian diusahakan depigmentasi. Monobenzona  digunakan untuk memutihkan permukaan kulit seluruh tubh sehingga paling tidak memberi pasien itu warna yang rata dan menyeluruh.
Di bawah petunjuk-petunjuk dokter yang hati-hati, monobenzona dioleskan dua atau tiga kali setiap hari sampai pemutihan itu usai kemudian dua kali seminggu.

Jackson hampir dipastikan menggunakan monobenzona sebab itu merupakan "satu-satunya pengobatan" untuk melakukan depigmentasi. Ini menurut Dr. James Nordlund dari Departement of Dermatology pada University of Cincinnati School of Medicine. Dr. Nordlund menambahkan monobenzona harus direspkan hati-hati dan hanya pada "pasien-pasien dengan virtiligo yang amat luas". Apalagi, obat itu "terkadang" menimbulkan iritasi, memerlukan sekitar enam hingga dua belas bulan agar efeknya kelihatan sepenuhnya, dengan angka keberhasilan sekitar 75%.
Bila Jackson menghentikan pengobatan-pengobatannya dengan monobenzona, warna sebelumnya akan kembali lagi.

Source : Buku "Tubuh Ajaib", Dr. Stephen Juan, bab 7 - Penerbit Gramedia

0 komentar:

Newer Post Older Post Home

Entry Populer

@Aslipoerworedjo

Pages

 

Followers

 

Well Done

yrachmadfajar.blogspot.com

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger